Cara Memelihara

Sabtu

Pigeon paramyxovirus / ND pada merpati

Tidak ada komentar :
Newcastle Disease ( ND ) merupakan salah satu penyakit yang paling dahsyat daya rusaknya terhadap unggas domestik , yang dapat menyebabkan kematian tingkat tinggi. ND disebabkan oleh Newcastle Disease Virus ( NDV ) , avian Paramyxovirus type 1 (APMV-1) termasuk genus Avulavirus, family Paramyxoviridae. Ada sepuluh jenis serotipe APMV-I sampai APMV-10. Ada beberapa paramyxoviruses lain yang menyebabkan penyakit pada spesies lain pada bangsa unggas . Misalnya , PMV-2 dari ayam , PMV-3 dari kalkun , PMV-4 dari bebek , PMV-5 dari parkit , PMV-6 dari bebek.

Pigeon paramyxovirus (ppmv atau PMV-1) di Indonesia terkenal dengan ND merpati / tetelo / tengleng. PMV-1 pertama kali ditemukan pada merpati peliharaan di tahun 1970-an, muncul di Afrika Utara dan negara timur tengah, virus mencapai Eropa pada tahun 1981, melalui populasi merpati di negara-negara Mediterania , Eropa , Inggris dan negara-negara lain di dunia , termasuk Amerika Serikat dan Kanada , di mana ia menyebar luas dan tersebar di seluruh dunia, yang mempengaruhi dampak buruk pada racing pigeon ( merpati pos ) dan pigeon show (merpati hias).
Penyakit Newcastle ayam domestik juga disebabkan oleh PMV-1 virus . Itu adalah paramyxovirus pertama kali diisolasi dari unggas. Virus yang menyebabkan penyakit pada merpati adalah varian genetik dari virus yang menyebabkan penyakit Newcastle pada ayam, keduanya masuk PMV-1 virus. Newcastle disease virus (NDV) varian dari merpati disebut pigeon paramyxovirus type 1( ppmv-1 atau PMV-1).

Penyebaran Penyakit

Pigeon paramyxovirus PMV-1 bergerak relatif lambat melalui kandang merpati. Sumber utama virus di kandang adalah kotoran dari burung yang terinfeksi, dan metode utama penyebaran mekanis yaitu melalui “kandang terbang” lomba, sepatu pengunjung, dll . Dari waktu virus ini pertama kali datang ke kandang sampai tanda-tanda pertama dari penyakit muncul sekitar 5-6 hari, tetapi bisa juga selama beberapa minggu.

Tanda-tanda

Tanda-tanda awal penyakit ( 2-3 hari ) mata mulai berair dan keluar cairan dari dari lubang hidung . Pada periode awal waktu ini virus mulai berkembang menyerang dalam tubuh .
Pada hari ke 4, virus mulai berkembang biak di saluran pencernaan. Pada saat ini, tanda-tanda diare kotoran berair terjadi. Dari usus virus akses langsung ke aliran darah dan menyebar infeksinya ke otak dan jaringan lain. Karena banyak cairan yang keluar dari kotoran kandangpun menjadi becek.
Merpati mulai terlihat seperti gugup, terlihat kepala gemetar, leher bengkok, kadang menyebabkan kelumpuhan, masalah dengan keseimbangan (burung seperti mabuk) terbang menjadi kacau, masalah dalam mengambil biji-bijian untuk dimakan, dll. Dalam beberapa kasus , bisa ada tanda-tanda gugup tanpa diare , dan diare tanpa tanda-tanda gugup.
Penyakit bisa menyebar dalam kandang bervariasi dari 30-70% atau bahkan lebih. Burung pulih menjadi kebal dan tidak pembawa infeksi.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Antibiotik dan elektrolit dapat digunakan hanya sebagai terapi suportif, tetapi mereka sama sekali tidak berpengaruh pada virus.

Pencegahan

Pencegahan penyakit di atas dunia balap terdiri dari vaksinasi dengan vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) yang disuntikkan oleh jarum suntik di bawah kulit. Sebelum digunakan vaksin harus disesuaikan dengan suhu kamar, untuk mencegah reaksi syok disebabkan oleh suntikan vaksin dingin, dan kocok vaksin dengan baik.
Vaksin di Eropa dan Amerika Utara dibuat khusus untuk merpati strain PMV-1 sudah tersedia dengan kekebalan terbaik hingga 100%. Diantaranya produk United States is the Maine Biological oil-adjuvant PMV-1 vaccine dan Nobilis Paramyxo P201.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia masih belum ditemukan vaksin PMV khusus merpati bisakah menggunakan produk vaksin untuk ayam?.
Di Kanada, hingga saat ini banyak peternak merpati telah menggunakan vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) untuk ayam, dengan keberhasilan nyata. Namun, vaksin ini belum mendapatkan lisensi khusus untuk digunakan dalam merpati di Kanada, sehingga beberapa dokter hewan berhati-hati merekomendasikan penggunaannya pada merpati . Setiap penggunaan vaksin tersebut dengan "off label ".

Mengapa produk ini tidak diizinkan untuk digunakan pada merpati? Alasannya adalah bahwa hal itu memakan waktu dan mahal bagi produsen vaksin ini untuk meminta persetujuan federal untuk mereka gunakan dalam spesies seperti merpati, karena pasar merpati relatif terbatas. Jadi perusahaan-perusahaan ini menghindari biaya penelitian hanya untuk merpati , dan memusatkan upaya mereka pada industri unggas domestik lebih penting secara finansial.

Pada tahun 1997 , peternak di beberapa kota di bagian barat Kanada mengalami wabah PMV pada burung mereka . Dalam menghadapi wabah ini , peternak tersebut vaksinasi burung mereka dengan vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) yang biasa digunakan pada unggas domestik.
Di Britania vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) basis strain Ulster 2c dilisensi penggunaannya pada merpati pada tahun 1983.

Di Bandung Indonesia sejak tahun 2000an mulai dikenal penggunaannya vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) basis strain Ulster 2c pada merk dagang Galimun-Merial. Dengan tanpa pengurangan dosis, dosis yang digunakan sesuai yang tertera pada label adalah 0,3ml.
Lalu bagaimana dosis vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) basis strain “Lasota”. Lasota menjadi perdebatan banyak orang tentang efektivitas vaksin ini pada merpati. Dari banyak perdebatan itu saya mengikuti pendapat kalau Lasota vaksin bisa digunakan asalkan dalam bentuk oil-based killed vaccine ( Inactive ), bukan vaksin aktiv. Kita pakai dua dosis seperti yang di anjurkan Dr Colin Walker sebanyak 0,5ml.

Untuk produk vaksin oil-based atau killed vaccine ( Inactive ) Lasota dan B1 yang ada dipasaran Indonesia bisa menggunakan merk dagang Medion, Cevac dll.
Vaksin disiapkan untuk digunakan pada ungags ayam memberikan kekebalan hanya 70 sampai 80 % ketika digunakan pada merpati, jadi pengulangan vaksinisasi sebaiknya dilakukan paling lama 3 bulan sekali.

Semoga bermanfaat dan kita tahu dalam bersikap terhadap penanggulangan penyakit ini
Catatan penting : hindari penggunaan berbasis LaSota jenis live vaccine / vaksin hidup yang digunakan pada unggas domestik sebagai perlindungan terhadap penyakit Newcastle . Mereka hampir tidak berguna dalam melindungi terhadap infeksi PMV dan untuk alasan ini , mereka adalah buang-buang waktu dan uang. Vaksinasi dengan vaksin hidup ( vaksin aktip ) dapat memperburuk timbulnya Clamidia dan virus herpes merpati.

by Arulman Nasr

Tidak ada komentar :

Posting Komentar